OBYEK WISATA TANJUNG MENANGIS
Tanjung menangis, sebenarnya adalah sebuah daerah yang terletak dipinggir laut di Sumbawa, yang keberadaanya berhadapan dengan Pulau Moyo. Tempat ini menjadi terkenal karena pemandangannya yang cukup eksotis untuk dinikmati. Bagi wisatawan yang sudah menjelajah nusantara, mungkin terbiasa dengan obyek-obyek wisata yang sudah ada dikota, tetapi untuk menuju obyek wisata Tanjung Menangis ini, harus melalui perjuangan yang mengasikkan, baik melalui perjalanan darat, maupun menggunakan perahu. Jarak dari Kota Sumbawa Besar menuju obyek tanjung menangis ini lumayan jauh, sekitar 15 Km an dari pusat kota.
Bagi yang suka tantangan, disitu bisa melalukan aktifitas mancing, menyelam atau diving karena kejernihan air dan pemandangan bawah air yang bagus saat laut tenang, serta bila beruntung bisa menikmati munculnya kawanan ikan lumba-lumba di perairan daerah Tanjung Menangis tersebut. Tanjung menangis menjadi salah satu ikon wisata sumbawa, dikarenakan keunikannya, yang tak lepas dari sebuah cerita Legenda Tanah Samawa, Tanjung Menangis.....
Cerita legenda Tanjung Menangis
Tanjung menangis
merupakan nama tanjung yang berada di bagian timur pulau Sumbawa. Pada zaman dahulu, putri dari
Datu Samawa terjangkit penyakit yang sangat aneh, tak ada seorang pun di
seantero negeri Samawa yang dapat menyembuhkannya. Datu Samawa telah melakukan
berbagai cara demi menyembuhkan putrinya. Dia telah berkunjung ke
rekan-rekannya sesama pemimpin, yaitu kepada Datu Dompu dan Datu Bima untuk
mencari tabib sakti yang dapat menyembuhkan putrinya, namun hasilnya tetap
nihil.
Bertahun-tahun tuan
putri mengidap penyakit aneh tersebut, namun belum ada orang ataupun tabib yang
mampu menyembuhkannya. Suatu hari, Datu Samawa membuat sayembara bagi seluruh
orang diseantero negeri. Barang siapa yang mampu menyembuhkan tuan putri maka baginya
akan diberikan hadiah. Apabila dia perempuan maka akan dijadikan sebagai anak
angkat. Namun, apabila laki-laki, maka akan dijadikan menantu dan dinikahkan
dengan tuan putri.
Sayembara ini menyebar
hingga ke pulau Sulawesi di seberang sana. Telah banyak tabib yang mencoba
mengikuti saymebara ini namun belum seorang pun yang berhasil menyembuhkan tuan
putri. Suatu hari, datanglah seorang kakek tua renta ke kediaman Datu Samawa.
Dia berasal dari negeri Ujung Pandang dan memperkenalkan dirinya dengan nama
Daeng Ujung Pandang. Dia telah mendengar kabar tentang penyakit aneh yang
diderita tuan putrid dan ingin mencoba mengobati tuan putri bila Tuhan Yang
Maha Kuasa mengijinkan.Dengan kuasa Allah Taala, melalui tangan serta
pengetahuan yang dimiliki Daeng Ujung Pandang, tuan putri pun sembuh seperti
sedia kala.
Sesuai dengan
janjinya, tibalah waktunya bagi Datu Samawa untuk membayar janji kepada Daeng
Ujung Pandang yang telah menyembuhkan putrinya. Seperti yang telah beliau
janjikan, beliau harus menikahkan putri beliau dengan Daeng Ujung Pandang.
Namun, karena melihat fisik Daeng Ujung Pandang yang sudah tua renta dan
bungkuk pula, Datu Samawa merasa tidak rela untuk menikahkan putrinya dengan
Daeng Ujung Pandang. Datu Samawa akhirnya merubah hadiah dari sayembara.
Daeng Ujung Pandang
oleh Datu Samawa dipersilahkan untuk mengambil harta sebanyak-banyaknya,
berapapun yang diinginkan olehnya, asalkan Daeng bersedia untuk tidak
dinikahkan dengan tuan putri. Daeng Ujung Pandang merasa sangat terhina dengan
sikap Datu. Beliau menolak untuk mengambil sepeser harta pun dari istana.
Dengan hati teriris, ia pun pulang kembali ke Ujung Pandang menggunakan sampan
kecil yang dilabuhkan di sebuah tanjung.
Putri Datu Samawa
merasa iba melihat kekecewaan di mata Daeng Ujung Pandang, ia pun menyusul
Daeng Ujung Pandang ke tanjung tersebut. Saat putri Datu Samawa tiba di
pelabuhan, saat itu pula, Daeng Ujung Pandang baru saja menaiki sampannya. Atas
kekuasaan Allah, Daeng Ujung Pandang yang tua renta tersebut berubah menjadi
pemuda yang tampan tiada taranya ketika telah menginjakkan kakinya di atas
sampan.
Melihat hal tersebut,
putri Datu Samawa menangis, menyesali keputusan yang diambil ayahnya serta
menangisi betapa tersiksa rasanya ditinggal seseorang yang baru ia cintai,
Daeng Ujung Pandang. Sambil menangis, putri berlari menyusul sampan Daeng Ujung
Pandang hingga tengah laut tanpa menyadari ia mulai tenggelam. Hal ini
menyebabkan Tuan Putri Datu Samawa meninggal di tengah laut sambil menangis.
Akhirnya, hingga kini tanjung tempat dimana putri dan Daeng Ujung Pandang
berpisah tersebut dinamakan Tanjung Menangis untuk mengenang kisah tragis
antara kedua insan tersebut.