Friday 30 September 2016

PAWAI BUDAYA FESTIVAL MOYO 2016

PAWAI BUDAYA FESTIVAL MOYO 2016
DI SUMBAWA



Kegiatan Festival Moyo, sudah merupakan event kalender tahunan, yang diselenggarakan oleh Dinas Dispora Budpar Kabupaten Sumbawa. Tujuan diadakannya event ini adalah untuk menampilkan beragam budaya sehingga dapat menunjang kepariwisataan yang ada di Sumbawa ini. Salah satu kegiatan dalam event ini, adalah Pawai Budaya, untuk tahun 2016 ini diadakan tanggal 28 s.d 30 Sepetember 2016. Pawai Budaya ini dikategorikan pesertanya untuk anak-anak TK / SD, siswa SMP/SMA/SMK dan kategori Umum.



Dari adanya kegiatan Pawai Budaya ini, diharapkan dapat menarik kunjungan wisatawan, baik domestik maupun dari mancanegara. Hal itu tentunya menjadi harapan bersama warga Sumbawa, karena dengan banyaknya wisatawan, maka nilai ekonomis yang didapat juga akan bertambah, mulai dari keuntungan penyelenggara jasa transportasi, penginapan maupun hotel, kuliner dan jajanan, cendera mata atau berbagai souvenir khas Sumbawa bisa ditawarkan ke wisatawan sebagai oleh-oleh ketika mereka pulang dari Sumbawa.





Hal yang unik dari Pawai Budaya kali ini adalah, rombongan peserta menampilkan berbagai tema, tentang cerita-cerita legenda dari tanah Sumbawa, sehingga dapat diketahui oleh masyarakat luas dan wisatawan, tentang keanekaragaman budaya, terutama tentang cerita rakyat yang cukup banyak dan beragam. Salah satu tema yang di angkat ialah tentang cerita legenda Batu Nganga dari sumbawa barat, berikut narasinya dibawah ini.




NARASI CERITA LEGENDA BATU NGANGA



Pada zaman dahulu di Sumbawa Barat hiduplah sebuah keluarga, pak Dolah dan istrinya Sena bersama dua orang anaknya Isa dan Sahida. Mereka tinggal di sebuah gubuk di tepi hutan Pekerjaan pak Dolah sehari hari adalah mencari kayu di hutan dan kemudian di bantu istrinya menjual kayu-kayu itu kepada warga di desa. Dari hasil menjual kayu itulah mereka dapat mambeli makanan dan pakaian.
Tibalah pada suatu hari ketika pak Dolah sedang mengumpulkan kayu yang akan dibawa pulang, diatas tumpukan pasir dia melihat beberapa butir telur “ aina telle apa deta? Pasti telle baretong deta..? katanya, sambil mengambil telur itu dan diletakkan dalam keranjangnya. Pak Dolah senang sekali karena hari itu dia tak perlu lagi membeli  ikan karena telur itu sudah bisa menjadi lauknya. Memang di hutan itu sering orang menemukan telur Bertong (sejenis burung) dan ada juga yang menyebut telur lembakung, telur itu di rebus dan bisa jadi lauk untuk makan.
Sampai rumah diberi telur itu kepada isterinya sena sambil berkata ini ada telur aku dapat dari dalam hutan,tolong dimasak untuk jadi lauk kita besok, iya” kta isterinya.
Pagi-pagi berangkatlah pak Dolah ke hutan dan istrinya meneruskan pekerjaan di rumah, selesai memberi makan kedua anaknya, Sena pun kembali memintal benang yang dibuat dari kapas untuk bahan tenunnya, memang Sena punya keahlian menenun kain dan semua peralatan tenun itu dibuat oleh suaminya sendiri seperti panesek, cacak, kelok dan lain sebagainya. Karena asiknya tidak terasa hari telah siang. Kedua anaknya sudah tetidur pulas, rupanya tanpa diketahui oleh ibunya telah menghabiskan telur yang telah disiapkan untuk ayahnya pak Dolah pun pulang dan meletakkan kayu di depan rumahnya badannya terasa capai dan lapar sekali. Lalu pak doya lansung bicara sama isterinya” cepat masak nasi perut ku suda  lapar ni” bu sena menjawab “silakan makan suda aku siapkan nasi dan telur dibawa tabola” pak doya lansung masuk ke rumah dan lansung kedapur mengambil nasi tiba-tiba dibawa tabola tidak ada apa-apa pak doya lansung memangil isterinya dan mara sampai memukul isterinya dengan alat sesek yaitu balida sampai berdara dikepalanya dan pak doya lansung mengusir isterinya dari rumah,
"Ibu, ibu,". Teriak kedua anaknya tapi Sena sudah pergi meninggalkan mereka dengan hati yang pilu, Sena berlari dan terus berlari ke dalam hutan hingga sampailah pada sebuah batu yang besar. Niatnya sudah bulat dia akan masuk ke dalam batu mungkin dengan jalan ini penderitaannya akan berahir. Di tepi batu dia meratap agar batu itu segera menganga. Sena meratap dalam lawas.
1.      nganga nganga batu nganga
ete aku gama batu
kabekas telle lembakung
Sena terus menangis dan memeluk batu itu sambil terus melantukan lawasnya, seketika batupun menganga dan suara angin menggelegar, sena bangun kemudian masuk ke dalam batu dan batupun kembali bertangkup. Di kejauhan terdengar tangisan kedua anaknya.
tapi mereka tak bias mengejar ibunya tak tau lagi kemana mencarinya. Di dekat batu itu mereka duduk tidak kuat lagi berjalan. Ketika itulah sang kakak melihat beberapa helai rambut yang
keduanya mengelus rambut ibunya dan memeluk batu itu dengan ratapan lawas,
1.      Nganga- nganga batu nganga
Seles ina ku nan batu
            tanya adi sate nusu
2.      penang adi kanga jangi
            Ina lalo bilin kita
           Kabekas telle lembakung
Tapi batu itu tak pernah terbuka lagi dan ibupun tak pernah kembali keduanya menangis dan meratap terus memanggil ibunya, ketika itu pak Dolah tiba dan memnemukan mereka.



Lorem ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.

Comments