PAWAI BUDAYA FESTIVAL MOYO 2016
DI SUMBAWA
Kegiatan Festival Moyo, sudah merupakan event kalender tahunan, yang diselenggarakan oleh Dinas Dispora Budpar Kabupaten Sumbawa. Tujuan diadakannya event ini adalah untuk menampilkan beragam budaya sehingga dapat menunjang kepariwisataan yang ada di Sumbawa ini. Salah satu kegiatan dalam event ini, adalah Pawai Budaya, untuk tahun 2016 ini diadakan tanggal 28 s.d 30 Sepetember 2016. Pawai Budaya ini dikategorikan pesertanya untuk anak-anak TK / SD, siswa SMP/SMA/SMK dan kategori Umum.
Dari adanya kegiatan Pawai Budaya ini, diharapkan dapat menarik kunjungan wisatawan, baik domestik maupun dari mancanegara. Hal itu tentunya menjadi harapan bersama warga Sumbawa, karena dengan banyaknya wisatawan, maka nilai ekonomis yang didapat juga akan bertambah, mulai dari keuntungan penyelenggara jasa transportasi, penginapan maupun hotel, kuliner dan jajanan, cendera mata atau berbagai souvenir khas Sumbawa bisa ditawarkan ke wisatawan sebagai oleh-oleh ketika mereka pulang dari Sumbawa.
Hal yang unik dari Pawai Budaya kali ini adalah, rombongan peserta menampilkan berbagai tema, tentang cerita-cerita legenda dari tanah Sumbawa, sehingga dapat diketahui oleh masyarakat luas dan wisatawan, tentang keanekaragaman budaya, terutama tentang cerita rakyat yang cukup banyak dan beragam. Salah satu tema yang di angkat ialah tentang cerita legenda Batu Nganga dari sumbawa barat, berikut narasinya dibawah ini.
NARASI CERITA LEGENDA BATU NGANGA
Pada zaman dahulu di Sumbawa Barat hiduplah sebuah
keluarga, pak Dolah dan istrinya Sena bersama dua orang anaknya Isa dan Sahida.
Mereka tinggal di sebuah gubuk di tepi hutan Pekerjaan pak Dolah sehari hari
adalah mencari kayu di hutan dan kemudian di bantu istrinya menjual kayu-kayu
itu kepada warga di desa. Dari hasil menjual kayu itulah mereka dapat mambeli
makanan dan pakaian.
Tibalah pada suatu hari ketika pak Dolah sedang
mengumpulkan kayu yang akan dibawa pulang, diatas tumpukan pasir dia melihat
beberapa butir telur “ aina telle apa deta? Pasti telle baretong deta..?
katanya, sambil mengambil telur itu dan diletakkan dalam keranjangnya. Pak
Dolah senang sekali karena hari itu dia tak perlu lagi membeli ikan
karena telur itu sudah bisa menjadi lauknya. Memang di hutan itu sering orang
menemukan telur Bertong (sejenis burung) dan ada juga yang menyebut telur
lembakung, telur itu di rebus dan bisa jadi lauk untuk makan.
Sampai rumah diberi telur itu kepada
isterinya sena sambil berkata ini ada telur aku dapat dari dalam hutan,tolong
dimasak untuk jadi lauk kita besok, iya” kta isterinya.
Pagi-pagi berangkatlah pak Dolah ke hutan dan istrinya
meneruskan pekerjaan di rumah, selesai memberi makan kedua anaknya, Sena pun
kembali memintal benang yang dibuat dari kapas untuk bahan tenunnya, memang
Sena punya keahlian menenun kain dan semua peralatan tenun itu dibuat oleh
suaminya sendiri seperti panesek, cacak, kelok dan lain
sebagainya. Karena asiknya tidak terasa hari telah siang. Kedua anaknya sudah
tetidur pulas, rupanya tanpa diketahui oleh ibunya telah menghabiskan telur
yang telah disiapkan untuk ayahnya pak Dolah pun pulang dan meletakkan kayu di
depan rumahnya badannya terasa capai dan lapar sekali. Lalu pak
doya lansung bicara sama isterinya” cepat masak nasi perut ku suda lapar ni” bu sena menjawab “silakan makan suda
aku siapkan nasi dan telur dibawa tabola” pak doya lansung masuk ke rumah dan
lansung kedapur mengambil nasi tiba-tiba dibawa tabola tidak ada apa-apa pak
doya lansung memangil isterinya dan mara sampai memukul isterinya dengan alat
sesek yaitu balida sampai berdara dikepalanya dan pak doya lansung mengusir
isterinya dari rumah,
"Ibu, ibu,". Teriak kedua anaknya tapi Sena
sudah pergi meninggalkan mereka dengan hati yang pilu, Sena berlari dan terus
berlari ke dalam hutan hingga sampailah pada sebuah batu yang besar. Niatnya
sudah bulat dia akan masuk ke dalam batu mungkin dengan jalan ini
penderitaannya akan berahir. Di tepi batu dia meratap agar batu itu segera
menganga. Sena meratap dalam lawas.
1.
nganga
nganga batu nganga
ete aku gama
batu
kabekas
telle lembakung
Sena terus menangis dan memeluk batu itu sambil terus
melantukan lawasnya, seketika batupun menganga dan suara angin menggelegar,
sena bangun kemudian masuk ke dalam batu dan batupun kembali bertangkup. Di
kejauhan terdengar tangisan kedua anaknya.
tapi mereka tak bias mengejar ibunya tak tau lagi
kemana mencarinya. Di dekat batu itu mereka duduk tidak kuat lagi berjalan.
Ketika itulah sang kakak melihat beberapa helai rambut yang
keduanya mengelus rambut ibunya dan memeluk batu itu
dengan ratapan lawas,
1. Nganga- nganga batu nganga
Seles ina ku
nan batu
tanya adi sate nusu
2. penang adi kanga jangi
Ina lalo bilin kita
Kabekas
telle lembakung
Tapi batu itu tak pernah terbuka lagi dan ibupun tak
pernah kembali keduanya menangis dan meratap terus memanggil ibunya, ketika itu
pak Dolah tiba dan memnemukan mereka.